“ DOKTER BATUK CINTA VIAN”
“hok…hok…hok…” batuk Vian terdengar begitu nyaring di pagi ini, jam weker nya menunjukkan angka 08.15. ia sangat menikmati tidurnya karena saat ia tidur ia bisa bebas dari penyakit batuk yang sudah berminggu-minggu ia rasakan. Beruntung saja ia sudah tidak harus kesekolah, jadi bisa bangun seenaknya.
“aduh, ini batuk kok enggak sembuh-sembuh juga sih!hok…hok…” eluh Vian yang mulai bangun dari tempat pembaringannya. Vian berjalan ke arah kamar mandi dengan memegang lehernya yang terasa sangat gatal.
“Vi batuknya belum sembuh juga?” kata Ayah Vian saat Vian duduk di meja makan dan menyantap pisang goreng yang ada dimeja.
“belum Yah, padahal obat dari dokter itu sudah Vian habisin” kata Vian yang kali ini menikmati secangkir teh hangat yang telah disediakan oleh bundanya.
“coba sebentar kamu ke puskesmas, barang kali aja obat dipuskesmas cocok”kata Ayah
“iya deh, sentar Vian coba kepuskesmas bareng Nia” Vian lagi-lagi menyantap pisang gorengnya.
“Vian,vian. Bagaimana kamu bisa sembuh kalau kamu doyan sekali makan yang berminyak,makanan berminyak itu membuat tenggorokan kamu jadi gatal” sahut bunda Vian
“Bunda kayak nggak kenal Vian aja, Vian nggak bisa hidup Bun tanpa makan gorengan”kata Vian, gorengan adalah makan kesukaan Vian jadi tidak salah kalau Vian nggak bisa hidup tanpa gorengan rasanya bagai sayur tanpa garam gitu katanya.
“kamu ini dikasih tahu, ngeyel aja. Batuknya tambah parah baru tahu rasa!”
“ah Bunda, kok doanya kayak gitu sih!bukannya doain biar cepet sembuh”
“kamu juga di kasih tahu tidak mau dengar” kata Bunda
“ Bunda…maafin Vian ya, Vian tidak bermaksud tidak mendengar omongan Bunda kok. Vian sayang sama Bunda. Maafin Vian ya? Vian akan berusaha deh untuk mengurangi makan yang berminyak” kata Vian seraya mencium bundanya.
“iya, Bunda maafin. Kamu ke puskesmasnya jam berapa?”
“ jam sebelasan Bun, ini mau nelfon Nia dulu””
“ya udah”
Sesuai dengan waktu yang telah disepakati, Nia akhirnya datang kerumah Vian. Kemudian mereka menuju kepuskesmas.
Hari ini puskesmas tampak sepi, hanya ada beberapa pasien yang duduk di ruang tunggu. Vian mendapat urutan ke 15 untuk periksa.
“Sudah berapa lama batuk lo?” kata Nia saat diruang tunggu
“udah berapa lamanya? Gue juga nggak tahu pastinya. Tapi pertama kali gue batuk sih waktu pulang dari makan malam sama Ardi”
“ha, wah kalo begitu udah lama juga ya?hm…mungkin lo kena karmah nih!”
“apa? Karmah?apaan sih apa hubunganya juga?”
“iya lah ada hubungannya, coba deh lo ingat. Lo kan habis nolak Ardi kemudian lo batuk dan nggak sembuh-sembuh itu artinya lo kena karmah”
“ha…ha…ha… hok…hok.. lo ini ada-ada aja. Kebetulan aja kali,sekarangkan emang lagi musim pancaroba Nia, makanya Gue sakit. Jadi nggak ada hubungannya sama gue nolak Ardi” kata Vian, yang emang nggak pernah percaya akan hal-hal diluar akalnya.
Ardi adalah sahabat Vian sejak awal masuk SMA, dan saat malam sesudah pengumuman kelulusan, Ardi mengungkapkan perasaannya selama ini pada Vian tapi ternyata Vian selama ini hanya menganggap Ardi sebagai sahabatnya tidak lebih. Jadi ia menolak Ardi. Dan setelah makan malam dengan Ardi disaat itu pula Vian terkena Flu yang tidak kunjung-kunjung berhenti selama berminggu-minggu ini.
“Vian, emangnya kenapa sih lo nggak nerima Ardi? padahal dia kan udah sempurna banget, ganteng, pintar, tajir, baik lagi” cerocos Nia
“karena dia sahabat Gue”
“loh, emangnya kalo sahabat nggak boleh pacaran?”
“boleh sih, tapi gue sayang banget sama Ardi dan gue nggak mau kalau suatu saat nanti hubungan gue sama dia jadi tidak seindah seperti waktu gue bersahabat dengan dia”
“loh aneh,emangnya lo tahu apa yang akan terjadi nanti?”
“justru karena gue nggak tahu, makanya gue nolak”
“15…15…15…” teriak suster yang memanggil pasien berikutnya untuk masuk.
Vian dan Nia beranjak dari tempat duduknya menuju ruangan dokter.
Didalam ruangan Vian dan Nia berdiri membatu setelah melihat seorang dokter muda yang cakep duduk dikursi dokter dengan penuh kharisma.
“silahkan duduk” kata Dokter muda tersebut mempersilahkan dengan senyum menghiasi wajah cakepnya.
“oh iya” kata Vian menguasai dirinya, dan menyeret Nia yang masih terbengong-bengong melihat dokter itu. Vian duduk berhadapan dengan dokter itu.
“sakit apa?” kata sang dokter dengan lembut tapi tetap berwibawa.
“batuk, dok” jawab Vian
“em…udah berapa lama?”
“udah berminggu-minggu dok”
“oh,silahkan naik ke tempat tidur itu. Saya mau periksa anda”
Vian mengikuti arahan sang Dokter, kemudian sang dokter memeriksa pernapasan Vian dengan menggunakan stetoskop. Setelah itu Vian kembali duduk.
“penyakit kamu tidak parah kok, satu suntikan mudah-mudahan bisa sembuh” kata dokter itu sambil beranjak dari kursinya.
“apa dok? Saya mau disuntik?saya minta obat aja deh dok, nggak usah di suntik”
Dokter itu tersenyum” kamu takut di suntik ya, masa sudah segede gini masih takut di suntik sih?”
“bukannya gitu dok, tapi…”Vian tidak bisa mengelak karena semua yang dikatakan oleh dokter itu benar semua.
Dokter mulai mendekati Vian dengan jarum suntik ditangannya.
“aduh dok, saya tidak bisa disuntik.” Kata Vian yang kemudian berdiri dari tempat duduknya yang kemudian tanpa sengaja menyenggol Vas bunga yang berada disampingnya akhirnya vas bunga itu jatuh dan pecah. Untuk sekian detik Vian hanya melihat pecahan Vas bunga itu, kemudian matanya mengarah ke dokter yang terlihat kaget juga.
“ ups… maaf dok”kata Vian dengan penuh penyesalan
“hm… tidak apa-apa kok, tunggu dulu ya” sang dokter meninggalkan ruangan.
Nia menghampiri Vian.
“lo ceroboh banget sih Vian”
“ya, gue nggak lihat ada Vas disitu”
“terus?gimana nih?”
“ya gimana apanya?”
“jangan sok nggak tahu gitu deh,dokter itu pasti marah”
“iya, gue tahu. Nanti gue ganti deh”
Kemudian dokter itu kembali lagi di ikuti oleh seorang suster.
“sus, tolong di bersihin ya!” kata dokter itu ramah.
Kemudian ia kembali ke mejanya, rupanya dia tidak marah, hal itu bisa dilihat dari wajahnya yang lagi-lagi memperlihatkan senyum manisnya.
“ya sudah kalau kamu tidak mau di suntik, ini resepnya. Kamu tebus saja di apotik” kata dokter yang menyerah kan sebuah selembar kertas berisi resep obat yang mesti diminum oleh Vian.
“ makasih dok, em soal vas bunga tadi… saya akan ganti kok”
“tidak usah, tidak apa-apa kok. Jangan dijadikan beban”
“tidak jadi beban kok. Saya akan ganti”
“hm…kayaknya kamu tipe orang keras kepala, ya terserah kamu saja kalau begitu” kata sang dokter yang lagi-lagi tersenyum. Vian juga ikut tersenyum. Kemudian meninggalkan ruang tersebut menuju tempat penebusan resep dan setelah menebus resep obat tersebut mereka kembali kerumah mereka masing-masing.
Hari ini Vian kembali kepuskesmas dengan sebuah plastic yang berisi Vas bunga untuk mengganti vas bunga yang telah ia pecahkan kemarin.
“siang Sus, dokter yang kemarin ada?” kata Vian pada dua orang suster jaga yang ada ditempat itu.
“dokter siapa yang mbak, soalnya disini banyak dokter. Dan kebetulan yang kemarin jaga disini bukan kami” kata salah satu suster itu.
“wah, saya juga nggak tahu mbak nama dokter itu siapa.”jawab Vian polos yang emang tidak tahu siapa nama dokter kemarin. Kemudian matanya tertuju pada suster yang keluar dari ruang pengobatan. Ia langsung berjalan kearahnya.
“sus,tunggu!” kata Vian yang berlari kearah suster yang kemarin membersihkan vas bunga yang pecah.
Suster itu menoleh “ mbak, manggil saya?” katanya memastikan
“iya sus,hm…ini sus” kata Vian menyerahkan kantong plastic yang berisi vas bunga.
Suster itu mengambil kantong plastic itu dan melihat isinya “ini vas bunga, untuk apa mbak?”
“itu ganti vas bunga yang pecah kemarin sus, tolong disampaikan sama dokter…”kata-katanya terhenti karena ia tidak tahu nama dari dokter muda tu.
“dokter Rendi mbak” sambung Suster itu
“ehm, namanya Dokter Rendi ya.iya sus”
“iya mbak,nanti saya sampaikan.”
“loh,emangnya Dokter Rendi nggak tugas mbak?”
“hari ini sih tidak mbak”
“oh,ya sudah ya sus,saya permisi dulu”
“iya mbak”
Vian akhirnya meninggalkan puskesmas dengan menggunakan sepeda motor kesayangannya.beberapa menit setelah kepergian Vian, Dokter Rendi datang dengan menggunakan mobil Honda jass hijaunya. Dokter Rendi masuk kedalam puskesmas dan suster yang ditemui oleh Vian segera menghampirinya dan menyerahkan titipan Vian padanya.
“dokter,ini dari gadis yang kemarin mecahin vas bunga Dokter” kata suster itu
“dia sudah pulang sus?” Tanya dokter Rendi
“iya dok, baru saja”
“oh”
“dokter kok ke puskesmas, bukannya hari ini dokter tidak ada jadwal jaga?”
“iya sus, saya mau ambil sesuatu yang ketinggalan kemarin”
“oh, ya sudah dok, saya masih ada pekerjaan.saya permisi dok”kata suster meninggalkan Dokter Rendi yang juga segera keruang kerjanya.
Suasana rumah Vian sangat sepi,Ayah Bundanya sedang pulang kampung untuk beberapa hari ini. Sebenarnya ia juga ingin ikut pulang kampung mumpung lagi liburan tapi dirumah tidak ada yang nemenin Dedy adiknya yang masih sekolah di SMP itu jadi terpaksa ia harus tinggal dirumah.
Sebentar lagi adiknya pulang tapi ia belum memasak,jadi ia memutuskan untuk membeli bakso diwarung yang berada tidak jauh dirumahnya.
Vian akhirnya sampai di warung bakso “mbak, saya pesan 2 mangkuk bakso biasa. Tapi dibungkus aja ya mbak” katanya
Setelah memesan,ia duduk menunggu pesanannya. Beberapa menit kemudian mbak mengisyaratkan bahwa bakso pesanannya telah selesai. Vian berdiri dari tempat duduknya tapi kemudian seorang lelaki tiba-tiba saja berjalan dengan cepat dan menabrak Vian sehingga dia hampir saja jatuh tapi beruntung ditangkap oleh lelaki itu.
“Dokter!” kata Vian saat menyadari bahwa yang menangkap tubuhnya itu adalah dokter yang memeriksanya di puskesmas
“hey, senang bertemu dengan kamu” kata dokter itu,lalu membantu Vian untuk dapat berdiri kembali. “maaf ya, saya terburu-buru.jadi tidak lihat kamu”
“he…he…nggak apa-apa kok dok”
“hm…kalau diluar puskesmas jangan panggil dokter dong, panggil Rendi saja.”kata dokter itu.
“aduh gimana ya dok, saya nggak enak cuman manggil Rendi saja rasanya nggak sopan”
“oh, gimana kalau kamu panggil saya kak Rendi saja,mungkin lebih baik”
“baik lah dok…eh kak Rendi”
“gitu dong, kamu kesini mau makan?”
“em…nggak, saya cuman bungkus saja untuk adik saya”
“oh,saya kira kamu mau makan juga kan bisa sekalian makan bareng”
“hm…mungkin lain kali kak”
“bener nih lain kali?” Canda Rendi
“he…he…he…”Vian dan Rendi tertawa, kemudian Vian mengambil pesanannya dan keluar dari warung.
Sore ini Vian jalan-jalan di sekitar kompleks dengan menggunakan sepeda milik adiknya. Kemudian ia berhenti setelah melihat seseorang yang dirasa dikenalnya.
“kak Rendi…”kata Vian memastikan, bahwa lelaki yang sedang berdiri disamping mobil Honda jass hijau itu adalah orang yang dikenalnya.
Kemudian lelaki itu menoleh, setelah melihat Vian dia tersenyum “hai Vian, kamu lagi ngapain?”
“ehm…saya lagi jalan-jalan kak, kak Rendi sendiri lagi ngapain?”
“ini mobil saya mogok, terus saya tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya”
“oh,coba saya lihat” kata Vian, vian tahu sedikit tentang mobil karena ayahnya sering memperlihatkan dia cara merawat mobil,ya maklum ayahnya dulu sewaktu sma sudah bekerja diperbengkelan jadi sedikit banya tahu tentang mobil.
“emangnya kamu bisa?”
“ya,saya coba dulu siapa tahu bisa” kata Vian,Rendi memperbolehkan Vian untuk memperbaiki mobilnya.
Vian memperhatikan mesin mobil itu, setelah itu ia mengotak-atiknya.
“coba kak dinyalakan!” pernitahnya
Rendi menuruti perintah Vian,dan akhirnya mobil itu menyala juga.
“ah, kamu hebat ya. bisa benerin mobil. Kayaknya saya mesti belajar nih dari kamu”
“ha…ha…ha… kak Rendi bisa aja. Ini semua diajarin oleh ayah”
“ayah kamu bekerja di bengkel?”
“iya dulu waktu sma, tapi sekarang jadi dosen teknologi diUI”
“Wah Ayah Dan Anak Sama Hebatnya”Kata Rendi kagum
“kak Rendi ini apa-apaan sih. “
“makasih ya sudah memperbaiki mobilku”
“iya, ya udah kak udah malam nih saya duluan ya”
“eh tunggu”
“ada apa kak?”
“saya minta nomor hp kamu!”
Vian menyimpan nomor hapnya di hp Rendi,. Dalam hati Vian terbersit rasa senang.
Vian sedang asyik menonton film kartun kesayangannya “INUYASHA” saat hpnya berbunyi.badan boleh aja gede tapi kesenanganya masih kayak anak kecil itu lah kata-kata yang sering diuangkapkan bunda saat melihat Vian menonton film kartun bersama dengan adiknya.
“halo,selamat malam. Dengan siapa ya?” kata Vian saat mengangkat hpnya
“malam juga, Saya Rendi” jawab orang diseberang sana
“oh,kak Rendi,ada apa kak?”
“nggak ada apa-apa,cuman sepi aja di puskesmas lagi tidak ada teman ngobrol jadi saya nelfon kamu.nggak ngengganggukan?”
“sebenarnya sih ganggu,soalnya film aku lagi seru-serunya nih”
“emangnya kamu lagi nonton apa?”
“nonton INUYASHA”
“Inuyasha,setahu aku itu judul sebuah film kartun deh”
“emang bener,aku lagi nonton film kartun”
“o,wah kapan-kapan nonton bareng yuk”
“ha?kak Rendi juga suka nonton film kartun?”
“iya,suka banget malah.ya tapi film kartunnya yang seru-seru aja seperti Inuyasha,detektife conan,samurai x dan masih banyak lagi”
“sama dong kayak aku.nggak yangka ya seorang dokter kayak kak Rendi ternyata juga suka ama kartun, aku pikir yang di otak para dokter itu cuman obat,rumus fisika sama kimia aja”
“ye,dokter juga manusia kali.yang juga butuh refreshing.”
“em…iya juga sih,oh ya tadi kak Rendi bilang lagi dipuskesmas.sedang jaga malam ya?”
“iya nih,hm maklum dokter muda.jadi mesti sering-sering dipuskesmas”
“kasihan,kak Rendi udah berapa lama diangkat jadi dokter?”
“mungkin baru sekitar 3 bulanan”
“wah,masih baru ya”
“iya,namanya juga dokter muda,he…he…he…”canda Rendi “batuk kamu sudah sembuh?”
“ya begitulah,ini semua berkat resep dari Kak Rendi. Makasih ya”
“kamu bisa aja,syukur deh kalau kamu sudah sembuh berarti aku sudah bisa dinyatakan lulus jadi dokter sungguhan ya”
“hm…. sebagai pemula boleh lah.asal selanjutnya nggak malapraktek.he…he…he…”
“he…he…he…moga-moga nggak pernah.amin”
“yup,aku turut mendoakan”
“makasih”
Satu jam lebih Rendi dan Vian bercakap melalui handphone,selama itu mereka semakin mengenal satu sama lain.kemudian percakapan mereka berakhir yang menyisakan kesenangan dihati mereka masing-masing.saking senangnya sampai-sampai Vian membawanya kedalam alam mimpi.
Vian duduk didalam sebuah warung sambil menunggu Rendi. Rupanya mereka janjian untuk maka bersama sekalian nonton bioskop.
Vian menatap pintu warung itu berharap Rendi segera datang,tapi tiba-tiba saja matanya ditutup dengan dua buah tangan.
“kak Rendi bukan?”tebak Vian
Tangan itu sudah tidak lagi menutupi mata Vian,kemudian ia melihat orang yang menutup matanya.
Vian sangat kaget ketika mendapati orang yang menutup matanya ternyata bukan Rendi
“Ardi,lo kok ada disini sih?”
“napa emangnya ya?lo kaget ya.tiba-tiba saja kita ketemu disini?”
“iya lah,bukannya lo kuliah diluar Jakarta.kenapa lo masih disini?”
“oh,jadi lo ngusir gue nih?”
“bukan gitu maksud gue”
“gue tahu kok,Kak Rendi siapa Vi?pacar lo ya?”
“ha?”Vian kaget mendengar tuduhan Ardi “nggak,kak Rendi bukan pacar gue kok,dia cuman temen”
“o,terus lo janjian makan sama dia disini?”
“ya gitu deh,nah lo sendiri ngapain disini?”
“mau makan lah,mau apa lagi?”kata Ardi tidak ramah,ya begitulah Ardi yang memiliki sifat cuek serta mudah marah.Vian tahu itu semua karena Vian adalah sahabatnya.dan mungkin hal ini pula yang membuat Vian tidak menerima cinta Ardi.
“iya tahu”
“kalau tahu terus kenapa nanya?”
“Ardi,lo kenapa sih dari tadi kayaknya nggak ramah gitu deh sama gue.gue ada salah ya sama lo?” kata Vian sudah tidak tahan akan gaya bicara Ardi
“lo yang mulaikan?” katanya cuek
“he…untung gue nggak jadi pacar lo,”kata Vian sambil berjalan meninggalkan Ardi yang hanya terduduk tanpa berkutik.
Dihalaman warung Rendi datang dan melihat Vian.
“Vian,kamu kenapa?” Tanya Rendi saat ia melihat Vian berjalan sambil berlinang air mata.
Vian hanya sesengukan tanpa ada kata terucap dibibirnya.Rendi menyerah untuk menanyakan sebab Vian menangis akhirnya ia hanya menggandeng Vian masuk kedalam mobilnya kemudian mereka meninggalkan warung itu.kejadian itu dilihat oleh Ardi,kemudian Ardi hanya bisa membenamkan kepalanya diatas meja.
Didalam mobil akhirnya Vian buka mulut juga tentang kejadian didalam warung yang membuat dia menangis Rendi mendengar itu semua dengan perhatian dan memberi sedikit nasihat kepada Vian agar Vian memaafkan Ardi. Setelah kejadian buruk itu,Rendi berinisiatif membawa Vian ke wahana permainan agar Vian bisa melupakan kejadian diwarung tadi.dan upaya Rendi ternyata tidak sia-sia,Vian kembali ceria.
Malam akhirnya menyambut,Vian dan Rendi meninggalkan wahana permainan itu. Ternyata dirumah Vian Ardi telah menunggu kedatangan Vian. Saat Vian sampai dirumah dan melihat Ardi,ia mempercepat langkahnya untuk masuk kerumah tanpa menoleh karah Ardi. Ardi tahu kalau Vian marah dan berniat untuk menghindar darinya,kemudian ia menahan tangan Vian.
“Vi,bisa ngomong sebentar nggak” Kata Ardi lembut
“mau ngomong apa,mau mojokin gue lagi?’ Kata Vian marah
“gue minta maaf soal di warung tadi,itu semua karena lo tahukan gue suka ama lo tapi kayaknya lo lagi dekat sama seorang dokter”
“tahu dari mana lo,kalau sekarang gue sedang dekat sama seorang dokter?dan emangnya kalau lo suka ama gue lo mesti mojokin gue seperti tadi ya?”
“gue tahu aja,lo tahu kan gue cemburu Vi.kenapa sih Vi lo selalu memperlakukan perasaan gue seperti ini”
Tiba-tiba saja kata-kata Ardi membuat Vian merasa bersalah.
“Ardi gue minta maaf kalau selama ini mungkin gue selalu nyakitin perasaan lo,tapi gue betul-betul nggak bisa cinta sama lo.”
“kenapa Vi?”
“karena lo sahabat gue”
“emangnya kalo sahabat nggak boleh pacaran?”
“ya mungkin bisa bagi orang lain,tapi gue nggak bisa.Pliss Ardi lo cari yang lain aja yang lebih baik dari gue”
“Vi,apa nggak ada lagi harapan bagi gue?”
Vian menggeleng “apa alasan gue itu masih belum lo terima?” Tanya Vian pada Ardi yang merasa bahwa Ardi belum ikhlas menerima keputusannya.
“jujur aja,alasan lo belum gue terima.apa lo nolak gue gara-gara dokter itu?lo jawab yang jujur,gue akan berusaha ikhlas melepaskan lo” kata Ardi akhirnya
“oh,kalo begitu mau lo,ya gue suka sama kak Rendi,Gue cinta ama Kak Rendi.apa lo udah terima itu”
“hm…makasih Vi,coba lo jujur dari dulu mungkin gue nggak akan ngejar-ngejar lo seperti ini.makasih Vi,makasih banget buat kejujuran ini.makasih juga karena selalu membuat gue berharap.”kata Ardi yang kemudian meninggalkan Vian sendiri.
“apa gue selama ini salah sama Ardi?kenapa gue mesti seperti ini?maafin gue Ardi”kata Vian pada dirinya sendiri terbersit sebuah penyesalan dalam hatinya.
“hok…hok…hok…”Vian lagi-lagi batuk.
“Vian,kok kamu batuk lagi.bukannya kemerin-kemarin udah sembuh?”kata Ayah pada Vian
“iya nih yah,sejak semalam Vian batuk-batuk lagi mungkin masuk angin Yah”
“kamu sih pulangnya malam banget”kata bunda mengingatkan.
Vian lagi-lagi harus ke puskesmas untuk berobat.ia bertemu dengan Rendi yang akhirnya memeriksa dan memberinya resep yang sama seperti sebelumnya. Baru sekali vian minum obat itu batuknya kembali sembuh sama seperti sebelumnya.
Vian mengendarai motornya menuju bandara tempat Ardi akan berangkat,hari ini Vian berniat untuk minta maaf pada Ardi atas sikapnya selama ini.tapi begitu samapai dirumah Ardi ternyata Ardinya sudah berangkat ke bandara.
Vian memarkirkan motornya,kemudian berlari menuju tempat tunggu.
“Ardi…tunggu!”teriak Vian saat melihat Ardi akan masuk ke dalam pesawat.
Vian segera berlari kearahnya “ha…hu..ha…hu…”Vian mengambil nafas sejenak “Ardi gue minta maaf ya karena selama ini gue membuat lo berharap”
“Vi,lo nggak salah kok.gue yang salah karena tidak bisa menerima penolakan yang telah lo berikan.justru gue yang mesti minta maaf karena selama ini keras sama lo”
“ya udah kita luupain aja ya,yang lalu.sekarang lo masih jadi sahabat gue kan?”
“tentu,lo akan selalu jadi sahabat terbaik gue.dan…”
“dan apa?”
“sebentar lagi jadi keluarga gue?’
“maksud lo?”
“tuh liat!” kata Ardi menyuruh Vian berbalik.
Saat Vian berbalik ternyata yang ada dibelakangnya adalah Rendi.Vian kaget.
“dia sepupu ku Vian”
“APA Kak Rendi sepupu lo?kok gue nggak tahu?”
“karena dia baru saja ke Jakarta, Kak Rendi tolong jaga Vian ya!”
“Tenang aja Ardi,pasti gue jaga dia.kan dia orang yang paling gue sayang” kata Rendi sambil merangkul Vian.
Muka Vian memerah karena malu.dan akhirnya Ardi pergi.
“Kak Rendi kok nggak bilang kalau kakak adalah sepupu Ardi?”
“aku juga baru tahu semalam,saat Ardi marah-marah sama aku gara-gara kamu bilang sama dia kalau kamu suka sama aku.emangnya benar ya kamu suka sama aku?” kata Rendi sedikit menggoda Vian.
Lagi-lagi muka Vian memerah,tidak ada kata terucap dari mulutnya.
“jawab dong,emang bener kamu suka ama aku”desak Rendi
“nggak tau ah,masa cewek sih yang harus bilang duluan”
“he…he…he…emangnya kenapa kalau cewek yang ngomong duluan?”
“gengsi dong”kata Vian membalas,lalu meninggalkan Rendi dibelakangnya.
Rendi mengejar Vian,kemudian bersujud didepannya.
“Vian mau kah kau menerima cintaku?”kata Rendi sangat romantic lalu mencium tangan Vian
“Kak Rendi…”kemudian Vian mengangguk
“apa aku nggak denger!” kata Rendi yang mengisyaratkan bahwa ia ingin Vian berbicara langsung
“iya,aku terima cinta Kak Rendi”kata Vian.lalu Rendi memeluk Vian dan mencium keningnya.
The end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar